Cerita tentang Langit

Minggu, 01 April 2012


Ini aku, sebut sajalah Aku. 

Menikmati senyummu dengan diam-diam hampir setiap kali ada kesempatan. Oh, dan kamu, sebut saja kamu itu Jingga. Jingga, begitulah aku menyebutmu. Aku mungkin lancang telah berani merasakan hal ini  setiap getaran yang kamu tularkan, setiap peluh yang mengembun atas lelahnya aku menahan ketidaksopanan ini, setiap kenyamanan yang terpancar dari matamu, Jingga  , hal yang tak sepantasnya. 

"Matahari, tak usah khawatir. Ketika kamu jatuh, pastikan aku kan menangkapmu. Tenanglah..." rayumu pada suatu sore. Bukan, bukan merayuku tentu saja. Tapi, wanita itu, wanita yang aku sebut Matahari  jika kalian mengenalnya, pasti kalian tahu mengapa aku menyebutnya Matahari  , seperti apa yang telah dia pancarkan. Dahsyat.

Dan, aku? Tak lebih dari gumpalan mendung di antara mereka, Matahari Jingga. Maaf.





Cerita tentang Langit


Kau, Jingga
dan Dia, Mataharinya
Jingga Matahari, Matahari Jingga
Kesatuan yang entah apa bisa berpisah

Seperti sebuah dialog
Kau, Dia, dan... Aku
Akulah pasti si mendung
Mendung dibalik Jingganya Matahari

Mengejar hari yang cerah
Dengan angan barang secercah
Atau berdiam dan menunggu
Atau berdiam dan menjadi si saksi bisu

Jingga Matahari,
Gradasi indah di langit senja
Berdua, kan berlabuh di cakrawala
Dan, aku, biarlah di sini temani hujan malam ini.

0 komentar:

Posting Komentar