Hampir
dua tahun aku mengenalnya, bukan, bukan mengenal. Aku hanya tahu namanya. Dua
tahun dimana aku tidak benar-benar peduli bahwa dia ada, ya, aku tahu dia ada,
tapi aku tidak menyadari bahwa dia memang ada. Membingungkan? Tepat.
Cinta
pada pandangan pertama? Bukan...
Cinta
karena terbiasa? Apalagi. Berinteraksi dengannya saja hampir tak pernah.
Namun,
ketika aku benar-benar melihat dan menyadari bahwa dia ada? Getaran liar itu
mengganggu. Hembusan nafasku yang memburu tiap kali aku tahu dia tak jauh
dariku, tiap kali senyum maha indah itu terlukis tanpa ragu, tiap kali
mataku-matanya beradu...
Waktu memang tak punya kuasa, tapi, dia-lah yang seringkali seolah-olah menguak tiap kenyataan yang ada. Aku masih merindukannya dengan diam, aku masih melakukan hal-hal bodoh dan selalu kerepotan tiap kali berada pada radius tak lebih dari 3 meter darinya. Aku, masih merasakan getaran itu. Dan, getaran itu kini mengisyaratkan bahwa dia tak ingin aku merasakan getaran penuh isyarat ini--terus menerus dan tak berujung dan dia akan merasa terus melukaiku--lalu sampailah kini dia dalam tahap berusahanya untuk membuatku menghilangkan rasa ini, dengan cara, Well, aku akan dibuat membencinya.
Dan, aku... saat ini, sampailah di tahap-amat-sangat-merindukan masa di mana aku tak seharusnya membebaninya dengan perasaan yang terlalu aku nyatakan. Maaf. Dan, aku, berusaha membuatnya tahu bahwa aku tidak merasakan perasaan itu lagi--aku tidak yakin, apakah aku memang tidak merasakannya atau seolah-olah sudah tidak merasakannya , kau tahu, ini tidak mudah.
"Mata-ku
hanya beradu dengan punggungnya yang semakin menjauh seiring langkahnya
bertambah entah kemana, setidaknya, aku tadi masih sempat melihat gelak
tawa-mu, walau aku tak seharusnya menikmati itu... Tahun lalu, di dekat pintu
kelasku.
0 komentar:
Posting Komentar